Tuesday, October 23, 2018

35 Alat Musik Tradisional Indonesia Beserta Gambar dan Penjelasannya


Alat Musik Tradisional Pukul di Indonesia
1. Aramba
Aramba merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Nias, Sumatera Utara. Aramba terbuat terbuat dari tembaga, kuningan atau logam.
Alat musik ini termasuk dalam jenis idiofon dan cara memainkannya cukup dipukul dengan menggunakan stik kayu.
Dahulu, ketika Aramba membunyikan nadanya, itu merupakan pertanda bahwa sedang digelarnya sebuah pesta di tempat tersebut.
Namun, pada saat ini Fungsi Aramba tidak sekedar untuk memeriahkan pesta saja. Aramba juga digunakan sebagai pengiring tari, seperti Tari Ya’ahowu, Tari Moyo dan Tari Tuwu.
2. Angklung
Kita boleh bangga dengan alat musik tradisional dari Jawa Barat ini. Yup, angklung adalah salah satu warisan kebudayaan dunia yang ditetapkan oleh Unesco pada tahun 2010 dengan kategori Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity.
Alat musik ini terbuat dari bambu yang dipotong bagian ujungnya. Cara memainkannya pun cukup mudah, yakni dengan digoyangkan sampai mengeluarkan suara.
Angklung digolongkan dalam jenis idiofon, karena mengeluarkan suara yang bersumber pada bahan dasarnya.
3. Bedug
Bisa dikatakan alat musik tradisional yang satu ini adalah simbol keagamaan dan politik di manapun berada. Yup, itulah Bedug. Sebuah alat musik yang terbuat dari kayu besar yang dilubangi bagian tengahnya sehingga menyerupai tabung, setelah itu lubang ditutup dengan menggunakan kulit binatang yang dikeringkan, bisa berupa kambing, sapi, kerbau dan banteng.
Bedug sendiri berasal India dan Tiongkok yang dibawa oleh mereka yang dahulunya pernah singgah ke Nusantara. Di tempat asalnya, bedug berfungsi sebagai alat komunikasi ritual keagamaan yang diletakkan di kuil-kuil.
Sedangkan di Indonesia yang mayoritas agamanya adalah Islam. Fungsi Bedug tersebut melebur dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masjid sebagai pertanda waktu sembahyang sudah tiba.
Bedug mempunyai suara yang khas yaitu bernada berat sekaligus juga rendah sehingga bisa terdengar hingga jarak yang cukup jauh.
Di Jawa Barat ada seni untuk memainkan Bedug, seni ini diberi nama Ngadulag. Di daerah Sukabumi, Ngadulag dijadikan kompetisi untuk mendapatkan penabuh Bedug dengan keterampilan terbaik. Biasanya event ini berlangsung ketika bulan suci ramadhan tiba.
4. Bende
Bende merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Lampung. Jika dilihat, alat musik ini sama dengan Aramba dan yang membedakan hanyalah warnanya saja.
Cara memainkannya yakni dipukul dengan alat pemukul khusus. Pada zaman dahulu, Bende berfungsi sebagai pertanda untuk berkumpul di alun-alun bahwa raja hendak mengumumkan sesuatu. Sekarang, fungsi Bende bergeser menjadi pengiring di acara kesenian lokal.
5. Cengceng
Cengceng merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Bali. Cengceng termasuk ke dalam alat musik berjenis idiofon.
Cara memainkan alat musik ini cukup mudah, hanya meletakkan Cengceng di kedua telapak tangan, lalu dibenturkan keduanya hingga mengeluarkan suara.
6. Doll
Mungkin banyak orang yang mengenal alat musik tradisional ini. Doll berasal dari Bengkulu. Jika kita lihat secara sepintas, Doll mirip dengan genderang perang.
Bagi masyarakat Bengkulu, Doll digunakan untuk memperingati Revolusi Husain (cucu Nabi Muhammad Saw) di Padang Karbala pada setiap tanggal 10 Muharram.
Doll juga termasuk jenis alat musik membranofon. Cara memainkannya adalah dipukul dengan alat pemukul khusus.




7. Gamelan
Gamelan merupakan sekumpulan alat musik yang terdiri dari gong, bonang, gambang, gendang dan lainnya. Gamelan banyak kita dijumpai di pulau Jawa, Madura, Bali dan Lombok.
Mungkin karena keindahan dan filosofi-nya yang sangat dalam menjadikan alat musik tradisional ini terkenal di mata dunia. Bahkan di beberapa negara, ada yang menjadikannya kurikulum sehingga wajib dipelajari oleh setiap murid di sekolah.
8. Ganda
Ganda merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Sulawesi Tengah. Alat musik ini terbuat dari kayu yang dilubangi bagian tengahnya, lalu kedua ujung lubang dibalut dengan kulit binatang yang dikeringkan.
Bentuk Ganda sendiri sangat mirip dengan gendang, perbedaannya hanya dalam segi ukuran saja. Cara memainkan-nya sama dengan gendang, cukup memukulnya dengan telapak tangan di bagian kulit.





9. Gendang Melayu
Gendang Melayu merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Bangka Belitung. Gendang Melayu terbilang unik karena akulturasi dari budaya Melayu, Muslim dan Tiongkok.
Alat musik ini terbuat dari kayu mahoni yang dilubangi bagian tengahnya. Pada bagian ujung dibuat lebih tipis agar memudahkan untuk dipasang dengan kulit kambing atau kerbau yang sudah dikeringkan dengan menggunakan anyaman rotan.
Gendang Melayu banyak digunakan untuk mengiringi tari-tarian, pertunjukan pencak silat dan upacara pernikahan.
Cara memainkan-nya mirip seperti umumnya gendang yang sudah kita kenal. Gendang Melayu memiliki dua jenis, yakni Gendang Campak dan Gendang Hadrah.
10. Gendang Panjang
Gendang Panjang merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Kepulauan Riau. Bentuk dan cara pembuatan-nya seperti gendang pada umumnya.
Gendang Panjang ini bisa dimainkan dengan cara ditepuk menggunakan tangan maupun dipukul dengan kayu. Biasanya Gendang Panjang ini digunakan pada saat upacara pernikahan, penyambutan tamu, pengiring tari dan pencak silat.



11. Katambung
Katambung merupakan alat musik tradisional sejenis perkusi yang berasal dari Kalimantan Tengah. Bentuk alat musik ini terbilang unik karena menyerupai labu siam.
Katambung biasa digunakan oleh masyarakat suku Dayak Ngayu dalam berbagai upacara besar, diantara upacara Ngawi Belom dan Ngawi Matey.
Pada saat upacara Ngawi Belom, Katambung dimainkan untuk menyambut tamu, sedangkan upacara Ngawi Matey Katambung dimainkan saat upacara kematian, upcara pengangkatan tulang, penguburan dan acara syukuran setelah penguburan.
12. Kentongan
Kentongan merupakan alat musik tradisional yang terbuat dari bambu atau kayu yang di pahat bagian tengahnya sehingga membentuk garis lurus.
Alat musik ini banyak kita jumpai di Jawa. Pada awalnya Kentongan berfungsi sebagai alarm, alat komunikasi, penanda waktu sembahyang, ronda malam sampai peringatan tanda bahaya.
Kentongan juga identik dengan orang yang tinggal di kawasan pegunungan atau pedesaan yang masih hidup dengan cara tradisional yang sederhana. Cara memainkan kentongan cukup mudah, yakni dipukul dengan stik bambu sampai menimbulkan suara.
13. Kanda Wuta
Kanda Wuta merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Sulawesi Tenggara. Alat musik ini sering dimainkan sebagai pengiring Tari Lulo Ganda, sebuah tarian yang dipertunjukkan waktu panen tiba.
Kanda Wuta terbuat dari kayu, rotan, tanah liat dan pelepah sagu. Cara memainkannya yakni dengan cara dipukul.
14. Kolintang
Kolintang merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara. Alat musik ini terbuat dari potongan kayu lokal yang disusun diatas kayu yang berfungsi sebagi resenator. Jika dilihat sepintas Kolintang mirip dengan alat musik Gambang dari Jawa.
Pada awalnya Kolintang digunakan untuk pemujaan roh leluhur, namun seiring perkembangan zaman fungsi tersebut bergeser menjadi pengiring tari, pertunjukan musik dan berbagai upacara adat.
Cara memainkan alat musik ini yaitu dipukul dengan mengguanakan stik kayu yang ujungnya dibalut kain. Biasanya para pemain Kolintang menggunakan tiga stik sekaligus.
Kolintang mempunyai terdiri dari 9 jenis yang berbeda, diantaranya Loway (bass), Cella (cello), Karua (tenor 1), Karua (tenor 2), Uner (alto 1), Uner rua (alto 2), Katelu (ukulele), Ina esa (melodi 1), Ina rua (melodi 2) dan Ina teweng (melodi 3).
15. Pare’e
Pare’e merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Sulawesi Tengah, alat musik ini mempunyai bentuk seperti garpu tala. Pare’e berungsi sebagai alat perkenalan antar anggota kelompok masyarakat dan juga sekedar sebagai alat hiburan dikala santai saja.
Cara memainkan alat musik tradisional ini dengan dipukul-pukulkan pada telapak tangan. Kamu bisa memainkannya dengan duduk ataupun berdiri. Pare’e terbuat dari rotan dan buluh tui dan biasanya berwarna kecoklatan sesuai dengan warna bahan dasarnya.
16. Talempong
Talempong merupakan alat musik tradisional jenis pukul kebanggaan Minangkabau, Sumatera Barat. Alat musik ini kerap kali hadir dalam perhelatan upacara adat.
Talempong terbuat dari campran tembaga, besi putih dan timah putih. Kualitas Talempong bisa diukur dari kadar tiga unsur bahan dasar tersebut. Semakin banyak tembaga dalam sebuah Talempong maka kualitasnya akan semakin baik.
Cara memainkannya yakni dipukul dengan menggunakan stik (alat pukul berbahan kayu). Ada dua metode untuk memainkan Talempong, yaitu dengan teknik tradisional (interlocking) dan teknik modern.
Teknik tradisional adalah satu set Talempong dimainkan oleh tiga orang. Masing-masing pemain memainkan dua buah Talempong yang dipegang dengan tangan kiri secara vertikal. Tangan kanan berfungsi untuk memukulkan stik ke perangkat Talempong.
Sedangkan teknik modern adalah satu set Talempong diletakkan di atas rancakan. Kemudian Talempong dipukul dengan stik di atas rancakan tersebut.
Alat musik tradisional ini sering digunakan untuk meyambut tamu-tamu agung, upacara pengangkatan penghulu, upacara menaiki rumah baru, upacara pernkahan, pesta panen raya, musik pengiring tari, pertunjukan randai, gotong royong dan lain sebagainya.
17. Tifa
Inilah alat musik tradisional kebanggaan Indonesia bagian Timur, Tifa. Tifa terbuat dari batang kayu yang bagian dalamnya dihilangkan sehingga membentuk lubang dengan salah satu lubang dibalut dengan kulit rusa yang telah dikeringkan.
Biasanya bagian tengahnya akan diberi ukiran yang menunjukkan jiwa seni dari pembuatnya. Tifa banyak ditemukan di daerah Maluku dan Papua dengan spesifikasi masing-masing.
Cara memainkannya pun cukup dipukul layaknya sebuah gendang. Tifa memiliki beberapa jenis, diantaranya Tifa Jekir, Tifa Dasar, Tifa Potong, Tifa Jekir potong dan Tifa Bas.
Tifa sering kali digunakan sebagai pengiring tarian perang maupun tarian dari beberapa daerah Indonesia timur, seperti Tari Leso dari Maluku, tarian dari suku Asmat, tari Gatsi dan lainnya.
18. Tuma
Mungkin kamu jarang sekali tentang alat musik tradisional ini. Yup, namanya adalah Tuma. Tuma merupakan alat musik yang berasal dari Kalimantan Barat.
Alat musik ini diklasifikasikan sebagai salah satu jenis membranofon (alat musik yang menghasilkan dari getaran kulit yang dipukul). Cara memainkannya cukup mudah, yakni dengan ditepuk dengan memakai telapak tangan layaknya gendang.

Alat Musik Tradisional Tiup di Indonesia

19. Fu
Fu merupakan alat musik tradisional yang banyak ditemukan di Maluku Utara. Alat musik ini terbuat dari kulit kerang. Cara memainkannya dengan meniup di bagian yang berlubang dan dikendalikan dengan telapak tangan untuk mengatur nada.
Fu tipikal alat musik yang mengeluarkan jenis suara aerofon. Fu digunakan sebagai pengiring tari-tarian dan sebagai pertanda bahwa sedang tersesat di hutan.
20. Kuriding
Kuriding merupukan alat musik tradisional khas suku Banjar, Kalimantan Selatan. Alat musik ini terbuat dari pelepah enau, bambu ataupun kayu yang dibentuk kecil alat getar dan tali penarik.
Cara memainkan Kuriding yaitu menempelkannya di mulut dengan tangan kiri memegang tali yang melingkar dan tangan kanan menarik tali panjang yang diikat pada ujung kayu. Kuriding menghasilkan suara seperti angina yang menderu berasal dari tiupan sang pemain, sedangkan suara yang menghentak dihasilkan dari tarikan tangan kanan.
Pada dasarnya cukup mudah untuk memainkan Kuriding, namun untuk hasil yang menawan dibutuhkan latihan yang ekstra.
21. Lalove
Lalove adalah alat musik tradisional yang berasal dari Sulawesi Tengah. Alat musik ini terbuat dari bambu. Mungkin dari kita mengenalnya dengan seruling bambu.
Pada jaman dahulu Lalove tidak boleh ditiup oleh sembarang orang, karena bagi sebagaian orang yang sering kerasukan, secara otomatis dia akan kerasukan jika mendengar suara dari alat musik ini.
Fungsi Lalove sesungguhnya yakni sebagai salah satu pengiring Tarian Tradisional Balia. Tari Balia sendiri merupakan ritual penyembuhan penyakit pada suku kaili di Sulawesi Tengah kala itu.
Seiring berjalannya waktu, kepercayaan ini memulai memudar. Kini Lalove sudah boleh dipelajari dan dimainkan sebagai seni musik maupun pengiring tari tradisional yang sudah digubah dengan tujuan hiburan belaka tanpa adanya unsur magis dan kesakralan lagi.
22. Puik puik
Puik puik merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Sulawesi Selatan. Alat musik ini terbuat dari kayu besi yang dibuat mengerucut dan pada bagian pangkalnya terdapat pipa sebagai penghasil suara.
Suara dan bentuk puik puik secara umum sama dengan terompet. Bagian pangkal dari alat musik tradisional ini terbuat dari logam, pipa tersebut terdapat potongan daun lontar yang menjadikannya sumber suara. Biasanya dalam Puik puik terdapat dua lembar daun lontar sebagai cadangan.
Cara memainkannya cukup dengan ditiup dan diatur dengan sedemikian rupa hingga menjadi sebuah bunyi yang apik.
Namun, karena menggunakan daun lontar, memerlukan keahlian khusus untuk memainkan alat musik ini. Jika meniupnya sembaranagan suara yang dihasilkan akan aneh bahkan tidak berbunyi.
23. Suling
Suling merupakan alat musik yang terbuat dari kayu atau bambu dan terdapat beberapa lubang untuk mengatur irama. Kita dapat menjumpai alat tradisional ini di hampir seluruh wilayah Indonesia. Suling mempunyai suara yang lembut sehingga bisa dipadukan dengan alat musik lainnya.
24. Serunai
Serunai merupakan alat musik tradisional tiup yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat. Serunai atau yang biasa disebut Puput Serunai terbuat dari batang padi, kayu atau bambu dan bisa juga menggunakan tanduk kerbau dengan campuran daun kelapa.
Serunai mempunyai ujung yang mengembang, berfungsi sebagai pengeras volume suara. Di setiap daerah, Serunai mempunyai spesifikasi yang beragam. Bahkan, ada juga Serunai yang pengaturan nadanya dilakukan dengan cara membuka dan menutup permukaan corong.
Alat musik tradisional ini biasa dimainkan dalam berbagai acara adat, seperti penghulu (batagak penghulu dalam bahasa Minang), upacara pernikahan, pentas seni pencak silat dan lain sebagainya.
Namun Sarunai juga biasa diamainkan oleh orang bisa untuk menghibur diri, menemani saat musim panen atau sedang bekerja di ladang. Karena fungsinya seperti terompet, Sarunai bisa diamainkan sendiri dan digabung dengan alat musik lainnya.
25. Serune Kalee
Serune Kalee merupakan alat musik tradisonal tiupyang berasal dari Aceh. Bisa dibilang Serune Kalee adalah terompet khas tanah rencong. Alat musik ini terbuat dari bahan dasar kayu yang memiliki karakter kuat, keras sekaligus ringan.
Struktur dan bentuk Serune Kalee mirip dengan klarinet. Instrumen ini diklasifikasikan ke dalam jenis aerofon atau instrument yang memiliki sumber nada dari hembusan udara pada rongga.
Serune Kalee biasa dimainkan sebagai instrumen utama dalam berbagai tradisi budaya Aceh dengan diiringi geundrang, rapai, dan alat musik tradisional lainnya.
26. Triton
Triton merupakan alat musik yang berasal dari Papua. Alat musik ini terbuat dari kulit kerang. Triton sendiri dimainkan dengan cara ditiup.
Pada awalnya, alat musik triton hanya dipakai untuk sarana komunikasi atau pemberi tanda. Seiring berjalannya waktu Triton juga digunakan sebagai sarana hiburan.




Alat Musik Tradisional Dawai / Senar di Indonesia



27. Gambus Jambi
Ramainya perdagangan di zaman dahulu memberikan beberapa pengaruh yang signifikan terhadap bangsa ini, salah satunya dalam hal musik. Budaya padang pasir begitu kentara dengan adanya bukti alat musik tradisional yakni, Gambus Jambi.
Berbeda dengan Gambus Arab, Gambus Jambi memiliki jumlah dawai yang lebih banyak, bahkan sampai 12 senar.
Biasanya alat musik ini digunakan dalam pertunjukan orkes gambus dan sebagai pengiring beberapa tarian.
28. Geso-geso
Geso-geso merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Sulawesi Tengah. Sama seperti Tutuba Gesso-geso juga andalan dari suku To Wana. Alat musik ini terbuat dari bambu dan tempurung kelapa. Geso-geso termasuk ke dalam jenis alat musik yang berdawai satu (one stringed stick zither).
Biasanya diamainkan dengan cara digesek layaknya biola dan biasanya Geso-geso dimainkan secara individual maupun juga kelompok.

29. Japen
Japen merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Kalimantan Tengah. Alat musik ini seperti kecapi dimainkan dengan cara dipetik senarnya.
30. Panting
Panting merupakan alat musik tradisional yang berasal dari suku Banjar, Kalimantan Selatan. Alat musik dawai ini sepintas mirip dengan gambus Arab, perbedaanya hanya diukuran saja yang lebih kecil.
Panting diaminkan dengan cara dipetik. Bagi masyarakat Banjar Panting mempunyai banyak fungsi, diantaranya :
·         Untuk mempererat tali silaturrahmi
·         Sarana menyampaikan unsur-unsur agama
·         Sarana pendidikan, karena di dalam musik Panting mengandung syair yang berisi tentang nasehat dan petuah
·         Sebagai hiburan, karena musiknya yang kadang-kadang jenaka sehingga menghibur banyak orang


31. Santu
Santu merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Sulawesi Tengah. Alat musik ini dibuat dari bambu, di tengah badan dibuat lubang sebagai resonator dan kulit ari pada badan bambu dibentuk empat.
Cara memainkan Santu yakni dengan dipetik. Biasanya Santu dimainkan setelah para petani merayakan paska panen dan untuk mengisi waktu luang para anak muda.
32. Sasando
Sasando atau sering disebut sasandu merupakan alat musik tradisional yang berasal dari pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Alat musik ini berbahan utama bambu, daun lontar dan senar string.
Cara memainkan Sasando cukup dengan dipetik. Namun yang perlu kamu tahu, memainkan alat musik ini membutuhkan skill yang tinggi, karena Sasando dimainkan dengan menggunakan yang berlawanan. Tangan kiri sebagai pengatur melodi dan bass, sedangkan tangan kanan berperan mengatur accord.
Selain itu juga dibutuhkan hermonisasi perasaan agar tercipta alunan nada yang merdu.







33. Sampek
Sampek merupakan alat musik tradisional yang berasal dari suku Dayak, Kalimantan. Pada awalnya alat musik ini digunakan untuk menyatakan perasaan seseorang, baik gembira, rasa sayang, rindu hingga duka lara.
Jika Sampek dimainkan di siang hari, menandakan sang pemain merasakan suasana gembira. Begitu juga sebaliknya, jika Sampek dimainkan pada malam hari berarti sang pemain sedang dilanda duka.
Namun, seiring berjalannya waktu fungsinya bergeser menjadi alat hiburan dan sebagai pengiring upacara adat. Cara memainkannya cukup dengan dipetik layaknya sebuah gitar.
34. Talindo
Talindo merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Sulawesi Tengah. Alat musik ini terbuat dari kayu, senar dan tempurung kelapa. Tempurung kelapa tersebut berfungsi sebagai resonator.
Talindo termasuk ke dalam jenis sitar berdawai satu (one stringed stick zither). Biasanya alat musik ini dimainkan secara tunggal setelah para petani merayakan hasil panen dan untuk mengisi kekosongan para anak muda.


35. Tehyan
Tehyan merupakan alat musik tradisional khas Betawi, Jakarta. Alat musik ini terbuat dari bambu bambu dan batok kelapa.
Cara memainkan Tehyan yakni dengan cara digesek layaknya biola. Biasanya Tehyan diamainkan dalam memeriahkan kebudayaan Betawi, seperti ondel-ondel, lenong Betawi dan gambang kromong.
Namun sayang, sekarang sulit ditemukan orang pandai memainkan alat musik ini karena lebih menyukai alat musik modern.


MANUSIA PURBA DI INDONESIA

Pitecanthropus Erectus
Manusia purba ini hidup di wilayah Indonesia pada 1-2 juta tahun yang lalu. Wilayah Indonesia yang menurut sejarah arkeologi, pernah beberapa kali mengalami bencana alam di Indonesia. Dari mulai hal yang bersifat mengikat hingga membuat wilayah indonesia terdiri dari bermacam macam pulau. Doktor dari Belanda bernama Eungene Dubois adalah penemu pertama manusia disini. Ciri khas dari Pitecanthropus adalah:
·         Berjalan tegak, tetapi dalam struktur tengkoraknya mirip dengan struktur kera. Maka dikenal juga dengan manusia kera berjalan tegak.
·         Dengan struktur tengkorak mirip kera, maka dimungkinkan ukuran otaknya kecil.
·         Menyebabkan tingkat kecerdasan jenis manusia purba ini hampir sama namun diatas dengan insting hewan.
·         Pitecanthropus merupakan bangsa atau kaum pengumpul makanan (Food Gathering).
·         Kehidupan primitif pada masa itu tidak akan jauh berbeda dengan kehidupan kera di masa modern. Jenis manusia purba ini sangat di elukan oleh kalangan materialis, karena merupakan bukti adanya mahluk transisi yang menguatkan teori evolusinya Charles Darwin.
Memiliki ciri berbadan tegak dan kemungkinan besar terbesar pula pada masa nya. Dengan ukuran otak yang masih kecil dibanding mahluk lainnya maka didapatkan hasil yang cukup mengagetkan bahwa dalam keadaan mengumpulkan makanan dan keperluan bumil, terdapat jejak yang menunjukkan rapat kelompok, ari air jangheh

Pitecanthropus Soloensis
Merupakan jenis-jenis manusia purba yang berasal dari solo tepatnya area ngandong. Selain dari aspek daratan, terdapat batas wilayah laut di Indonesia yang bagi negara kita sangat penting. Hal ini dikemukakan dalam batas laut Indonesia yang sudah menjadi ketetapan di kalangan internasional. Adapun ciri dari Pitecanthropus Erectus adalah :
·         Pada tengkorak, tonjolan keningnya tebal.
·         Hidungnya lebar, dengan tulang pipi yang kuat dan menonjol.
·         Tinggi sekitar 165–180 cm.
·         Pemakan tumbuhan dan daging (pemakan segalanya).
·         Memiliki rahang bawah yang kuat.
·         Memiliki tulang pipi yang tebal.
·         Tulang belakang menonjol dan tajam.
·         Perawakannya tegap, mempunyai tempat perlekatan otot tengkuk yang besar dan kuat.

 

 

 

Pitecanthropus Mojokertensis

Dalam hal yang dilakukan tanpa perlu mendalami jenis jenis manusia purba dan gambarnya, kita bisa tahu bahwa Eungene Dubois berhasil menjadi penemu fosil jenis ini di wilayah Mojokerto, sehingga beliau menamai fosil penemuannya menjadi sebuah temuan besar abad ini. Penggalian yang dilakukan di Mojokerto ini mau tidak mau merusak tulang tulang nya. Beberapa bagian nya menjadi hancur sehingga beberapa detil tidak terselamatkan sempurna. 10 Jenis Jenis Manusia Purba Di Indonesia ini bisa menjadi bahan wawasan buat pribadi maupun siswa ajar.
ciri ciri manusia purba di indonesia pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan manusia modern. Mudah-mudahan berhasil bagi anda yang sedang menambah wawasan dengan membaca-baca artikel seperti ini. Hal ini perlu ditegaskan kembali bahwa konten dari manusia purba ini bukan merupakan sumber ilmiah kepustakaan. Lebih baik bila membutuhkan pustaka tentang manusia purba, jenis jenis manusia purba dan penjelasannya bisa menjadi solusi permasalahan anda.





Homo Floresiensis
Dari awal kita sudah meminjam berbagai tautan kata dari sumber. Untuk jenis homo ini memiliki kebiasaan dan gaya hidup yang kurang lebih sama dengan manusia sekarang. Bahkan pada masa itu jenis homo memiliki kesatuan dalam hal bertindak secara ciri-ciri manusia sebagai makhluk ekonomi. Pada masa tersebut tidak menggunakan alat-alat canggih, tetapi menggunakan batu sederhana yang kemudian di hampelas . Kedua, manusia jenis Homo ini sudah sadar akan keberadaan kita, atau manusia di sekitarnya. Sehingga akan timbul kesamaan ras.
Secara nama mungkin kita sedikit terkecoh, karena peneliti Belanda tersebut tidak menamakan fosil penemuannya dengan namanya, tetapi menggunakan nama tempat pada waktu penggalian arkeologisnya. Nama lain dari Homo mungkin bisa diartikan sebagai suatu kecenderungan seksual antara sesama laki-laki/ secara umum manusia jenis homo ini memiliki ciri khas :
·         Muka lebar dengan hidung yang lebar;
·         Mulutnya menonjol;
·         Dahinya juga masih menonjol, sekalipun tidak seperti jenis Pithecanthropus;
·         Bentuk fisiknya sudah seperti manusia sekarang;
·         Tingginya 130–210 cm;
·         Berat badan 30–150 kg;
·         Hidupnya sekitar 40.000–25.000 tahun yang lal
Homo Wajakensis
Homo Wajakensis berarti homo yang berasal dari Wajak. Perselisihan antar kelompok masih menjadi masalah pada masa purba menjadikan tiap daerah memiliki bentuk fosil yang berbeda-beda pula. Kita hanya bisa memperkirakan seperti apa kehidupan sosialnya. Namun para ahli telah meneliti pengaruh letak geografis Indonesia terhadap keadaan alam dan iklim. Dengan begitu sejauh yang kita perkirakan, kehidupan sosial manusia purba bisa jadi tidak berbeda dengan keadaan sekarang kecuali dalam hal berkomunikasi.
Di Wajak inilah, yang bila di gambarkan dekat daerah Tumenggung Jawa Timur, pada tahun 1889 Eungene Dubois menemukan fosil manusia purba asli Indonesia. Penemuan ini merupakan penemuan penting, karena seolah menemukan keping puzzle yang hilang yang membuktikan adanya hubungan manusia dengan kera. Fosil-fosil manusia purba di Indonesia menjadi jembatan penghubung itu. Seperti dikemukanan dalam teori Darwin dalam bukunya ‘The Descent Of Man’ (asal usul manusia).


Homo Soloensis
Merupakan jenis manusia purba Homo yang ditemukan fosilnya di wilayah Solo pulau Jawa. Siapa saja yang meneliti manusia purba di indonesia? Yang paling terkenal tentunya Eungene Dubois, kemudian Van Koenigswald, kemudian ada Weidenreich. Berikut keterangan penelitian tentang manusia purba soloensis:
·         Dan peneliti peneliti lain yang mungkin catatanya tidak sebanyak peneliti yang disebutkan diatas.
·         Namun tentunya kontribusi para peneliti tersebut menjadikan khazanah bagi jenis-jenis manusia purba purba di Asia dan tentunya Dunia.
Sungai bengawan Solo merupakan jantung dari sebuah kehidupan primitif di masa lampau Indonesia. Banyaknya penemuan di kawasan ini menunjukkan kecenderungan manusia purba jaman dulu hidup dengan kedekatan pada sumber air. Belum ditemukannya sistem irigasi, seolah memaksa manusia purba untuk tidak jauh dalam memberikan intervensi. Dengan mempunyai tempat tinggal dekat sungai, memberikan keuntungan bagi manusia purba.


Pitecanthropus Robustus
Adalah jenis Pitecanthropus yang memiliki rahang besar. Dengan adanya rahang besar tersebut, menurut peneliti jenis manusia purba ini memiliki kegemaran memakan tumbuhan. Kegunaan rahang yang besar adalah agar dalam mengunyah tumbuhan menjadi lebih mudah dan lebih cepat, sehingga bangsa ini lebih senang bila hidup sendiri. Berikut bentuk rupa dari manusia purba pitechanthropus robustus:
·         Bentuk rahang yang besar itu pula menunjukkan bahwa cakupan dari kapasitas mulut Pitecanthropus Erectus lebih besar dari manusia masa sekarang.
·         Kapasitas mulut tersebut memungkinkan manusia jenis ini memberikan jati dirinya. Diketahui bahwa  manusia purba pada zaman itu
·         Bisa diartikan bahwa jenis manusia purba homo ini adalah kondisi alamiah jenis manusia Indonesia pada jaman sekarang. Yang membedakan tentunya waktu hidup dan cara berkomunikasi dalam interaksi sosial pada masa itu. Termasuk penggunaan alat bantu.
Manusia purba jenis ini sudah mulai mengedepankan akal dibanding insting. Dibuktikan dengan banyaknya peninggalan berupa batu, kapak batu, dan perkakas lainnya yang dipergunakan untuk menunjang dalam kehidupan sehari-harinya. Selain itu, juga pada titik titik temuan arkeologis, manusia purba jenis Homo ini tidak terlalu dekat dengan sungai, yang menandakan bahwa manusia purba jenis ini membuat sebuah tempat tinggal atau kawasan tempat tinggal yang nyaman meskipun tidak dekat sekali dengan sumber air. Yang pada masa itu adalah sungai.
Pitecanthropus Dubuis
Bila diartikan, jenis manusia kera berjalan tegak ini adalah jenis yang meragukan. Fosilnya ditemukan di Sangiran namun secara struktur tulang dan tengkoraknya tidak mutlak masuk dalam ciri meganthropus maupun pitecanthropus. Sumbangsih peneliti dari Belanda ini merupakan penemuan penting. Meskipun bagi rakyat Indonesia ekspedisi dan penggalian arkeologis tak ubahnya dengan pemaksaan dan penjajahan hak.
Bangsa kita yang dipaksa dan dipekerjakan sebagai tenaga penggali. Menurut catatan sejarah, banyak korban dari bangsa kita yang berjatuhan, namun dengan rapinya dan lihai, para peneliti Belanda dibantu dengan pemerintahan kolonial, berhasil membawa propaganda berupa penemuan fosil manusia purba ini, sehingga sistem kerja paksa dalam penggalian itu tidak begitu diangkat di hadapan publik.  Dikarenakan banyak sekali temuan di daerah sungai Bengawan Solo, peneliti membagi lapisan tanah di daerah itu menjadi 3 lapisan yaitu :
·         Lapisan Jetis, dimana Pitecanthropus Robustus ditemukan atau kita kenal juga dengan nama lapisan pleistosen bawah
·         Lapisan Trinil, dimana ditemukan Pitecanthropus Erectus. Lapisan ini kita kenal juga dengan nama lapisan pleistosen tengah.
·         Lapisan Ngandong, dimana Pitecanthropus Soloensis ditemukan. Dikenal juga dengan nama lapisan pleistosen atas.
Homo Sapiens
Bisa diartikan sebagai manusia cerdas. Berasal dari zaman holosen. Bentuk tubuh Homo Sapiens sudah menyerupai dengan bentuk orang Indonesia sekarang. Pada masa itu, golongan manusia ini sudah memiliki strukur organisasi dan pembagian tugas. Berdasarkan penelitian tersebut, tidak hanya bentuk fisik dari manusia purba, tetapi kehidupan sosialnya juga bisa kita kaji. Tentunya dengan penelitian yang intens dan dalam jangka waktu lama.
Homo Sapiens mereferensikan bahwa manusia adalah mahluk yang memiliki kelebihan dalam hal akal. Dengan mempelajari tentang Homo Sapiens, kehidupan kita bisa bertambah dalam khazanah dan pengalaman dengan produk tertentu. Jenis manusia purba ini memiliki ciri sebagai berikut :
1.      Volume otaknya antara 1.000 cc – 1.200 cc;
2.      Tinggi badan antara 130 – 210 m;
3.      Otot tengkuk mengalami penyusutan;
4.      Alat kunyah dan gigi mengalami penyusutan;
5.      Muka tidak menonjol ke depan;
6.      Berdiri dan berjalan tegak,
7.      Berdagu dan tulang rahangnya biasa, tidak sangat kuat.
Dengan melihat spesifikasi diatas, maka bisa kita ketahui bahwa jenis Homo Sapiens sudah menggunakan akalnya. Meskipun dalam hal sederhana, tetapi jenis ini sudah memiliki karakteristik berburu. Tidak hanya mengumpulkan makanan seperti halnya jenis lain. Homo sapiens juga menunjukkan bahwa bangsa Indonesia mempunyai banya ragam dan budaya serta ras. Dengan mentahnya teori evolusi pada masa sekarang ini, muncul asumsi bahwa ‘manusia kera’ adalah jenis manusia juga tetapi berbeda ras. Seperti halnya ras Asia, Afrika dan Eropa. Bahkan dengan sesama bangsa Asia pun memiliki keanekaragaman ras dan budaya. Secara telusur, menurut peneliti bahwa didapatkan leluhur manusia seperti ini :
·         Ras Mongoloid, berciri kulit kuning, mata sipit, rambut lurus.
·         Ras Mongoloid ini menyebar ke Asia Timur, yakni Jepang, Cina, Korea, dan Asia Tenggara.
·         Ras Kaukasoid, merupakan ras yang berkulit putih, tinggi, rambut lurus, dan hidung mancung. Ras ini penyebarannya ke Eropa, ada yang ke India Utara (ras Arya), ada yang ke Yahudi (ras Semit), dan ada yang menyebar ke Arab, Turki, dan daerah Asia Barat lainnya.
·         Ras Negroid, memiliki ciri kulit hitam, rambut keriting, bibir tebal. Penyebaran ras ini ke Australia (ras Aborigin), ke Papua (ras Papua sebagai penduduk asli), dan ke Afrika.




















Homo erectus Progresif
Jenis progresif merupakan jenis Homo erectus yang paling maju, sebagian besar ditemukan pada endapan alluvial di Ngandong (Blora), Selopuro (Ngawi), dan pada endapan vulkanik di Sambungmacan (Sragen). Volume otak sudah mencapai 1.100 cc, dengan atap tengkorak yang lebih tinggi dan lebih membundar. Ngandong adalah nama sebuah desa di tepi Bengawan Solo, terletak di tengah-tengah hutan jati di wilayah Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Penggalian yang dilakukan oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan von Koenigswald pada tahun 1931-1933 telah menemukan 11 tengkorak manusia. Temuan ini kemudian dideskripsikan oleh Oppenoorth sebagai Homo soloensis. Tengkorak ini mempunyai bentuk atap lebih bundar dan lebih tinggi sehingga berpengaruh kepada kapasitas otak yang lebih besar dibandingkan dengan temuan di Sangiran dan Trinil, berkisar rata-rata 1.100 cc, sebuah ciri yang telah menunjukkan perkembangan.











Homo erectus Tipik
Pithecanthropus erectus (Trinil) adalah contoh Homo erectus Tipik.

Sangiran 17 (S17) adalah tengkorak Homo erectus yang ditemukan oleh Towikromo, seorang warga dusun Pucung pada tahun 1969. Replikanya banyak dipajang di museum bergengsi dunia

Beberapa temuan dari situs Sangiran diidentifikasikan berjenis kelamin wanita, contohnya Sangiran 2 (S2). Struktur fisik tengkorak relatif halus karena insersi otot pada tengkorak tidak berkembang dan bentuk tengkorak Sangiran 2 memiliki bangun tengkorak yang lebih ramping dibandingkan dengan tengkorak laki-laki.

Bangun tengkorak Pithecanthropus erectus dari Trinil sangat pendek namun memanjang ke belakang, dengan kapasitas otak sekitar 900 cc. Tulang kening menonjol dan di belakang orbit mata terdapat penyempitan yang sangat jelas, menandakan otak yang belum berkembang. Pada bagian belakang terlihat bentuk meruncing. Individu ini berjenis kelamin wanita, karena tidak adanya perkembangan relief tengkorak, di mana otot insersi muskuler berkembang.








Homo erectus Arkaik
Ditemukan pada lapisan lempung hitam Formasi Pucangan, grenzbank di Sangiran, dan pada lapisan pasir vulkanik di utara Mojokerto (Perning).
Sangiran 4 (S4) adalah Homo erectus Arkaik yang ditemukan di Desa Glagah Ombo pada tahun 1938.
Fragmen tengkorak ini terdiri dari rahang atas dan sebagian tulang wajah. Ditemukan oleh Suherman dan Toto Marsono di tepian saluran irigasi Bapang, Krikilan pada tahun 1978. Dilihat dari morfologi temuan dan lapisan tanah di mana ditemukan, spesimen ini merupakan bagian dari Homo erectus Arkaik yang berusia sekitar 1,5 juta tahun yang lalu.
Fragmen tengkorak bagian belakang dan sebagian atas spesimen S31 ini ditemukan pada tahun 1980 pada Formasi Pucangan berusia sekitar 1,5 juta tahun yang lalu. Kapasitas tengkorak kurang lebih 800-900 cc dan merupakan bagian dari Homo erectus Arkaik, yang hidup di Sangiran pada 1,5 juta hingga 900.000 tahun yang lalu.

Ditemukan oleh seorang penduduk di Perning pada tahun 1936 pada lapisan pasir konglomerat Formasi Pucangan. Morfologi tengkorak yang belum berkembang secara penuh mengindikasikan bahwa individu bersangkutan adalah anak-anak berusia antara 3-5 tahun. Aspek fisik temuan tengkorak anak-anak ini menunjukkan ciri-ciri Homo erectus secara jelas, dengan bagian kening yang menonjol, penyempitan di daerah orbit mata, maupun bagian belakang tengkorak yang meruncing. Dari pengujian potassium-argon terhadap sampel batu apung yang ditemukan di dekat tengkorak tersebut, diperoleh pertanggalan yang sangat tua, 1,9+ 0,4 juta tahun. Melalui metode argon/argon diperoleh pertanggalan 1,81 juta tahun.

35 Alat Musik Tradisional Indonesia Beserta Gambar dan Penjelasannya

Alat Musik Tradisional Pukul di Indonesia 1. Aramba Aramba merupak...